Tattoo Art Indonesia – Seni tato telah lama menjadi bagian dari budaya di berbagai belahan dunia. Meski masih menghadapi stigma, banyak seniman tato tetap berkarya. Salah satu di antaranya adalah Ferry Irawan, seorang tattoo artist yang dikenal luas. Bagi Ferry, tato bukan sekadar pekerjaan, melainkan dedikasi yang membuktikan bahwa kerja keras membuahkan hasil.
Ferry dikenal sebagai spesialis tato realis potret dan nuansa horor. Ia membagi waktunya antara Malang dan Bali untuk berkarya. Perjalanan Ferry di dunia tato dimulai sejak ia masih duduk di bangku SMP. Awalnya, ia hanya iseng menato teman-temannya tanpa menyangka akan menjadi jalan hidupnya.
“Mulai iseng mentato sejak kelas 3 SMP, sekitar tahun 1995,” ungkapnya. Saat SMA, banyak teman yang mulai tertarik dengan karyanya. Kala itu, referensi tato masih sangat terbatas, sehingga ia mengandalkan kreativitas sendiri. Dengan sumber daya yang minim, Ferry mencari inspirasi dari benda sehari-hari, seperti batik di seprai atau nampan.
Meniti Karier di Dunia Tato

Pada masa awal berkarya, Ferry tidak menetapkan harga untuk jasanya. Ia lebih menyesuaikan dengan anggaran kliennya. “Kalau teman ya tanya dulu, punya bujet berapa? Kalau sepakat, ya gas,” ujarnya. Seiring waktu, karyanya mulai dikenal dari mulut ke mulut, membawanya ke jenjang yang lebih serius.
Tahun 1990-an, akses informasi masih terbatas, dan internet belum mudah diakses. Ferry harus mengandalkan imajinasi serta pengamatan visual dalam kehidupan sehari-hari. Beruntung, ia tinggal di Malang yang memiliki komunitas tato solid. Ia pun banyak belajar dan berbagi pengalaman dengan sesama seniman tato.
“Kalau peralatan zaman dulu, kita mengikuti komunitas Tattoo Malang karena sebagai sumber informasi dan sangat membantu,” ujarnya. Dengan bergabung di komunitas, Ferry semakin percaya diri dalam menekuni profesi ini.
“Baca juga: Nikko Hurtado: Maestro Tato Realisme Berwarna yang Mendunia”
Menghadapi Stigma dan Persepsi Masyarakat

Meskipun seni tato semakin diterima, stigma negatif masih ada di masyarakat. Terutama di lingkungan padat penduduk, Ferry sering mendapat pandangan sinis. “Sempat tabu kalau di kampung, dipandang sebelah mata. Banyak yang merasa aneh juga waktu awal-awal,” katanya.
Namun, seiring waktu, masyarakat mulai menerima keberadaannya. Ia memastikan bahwa tempat usahanya tetap tertib dan tidak mengganggu lingkungan sekitar. “Yang penting di kampung nggak resek, diem saja. Meskipun diomongin dari belakang, nggak masalah. Yang penting kita nggak bikin onar dan kerja dengan tertib,” tambahnya.
Sebagai tattoo artist profesional, Ferry sangat disiplin dalam mengatur waktu kerja. Ia memastikan aktivitasnya selesai sebelum pukul 10 malam. “Karena kalau di atas jam segitu sudah jelek mood-nya. Rata-rata tattoo artist seperti itu, kan juga butuh fresh. Kalau malam sudah capek,” tuturnya.
Menggapai Kesuksesan di Kancah Internasional

Berkat ketekunan dan totalitasnya, Ferry kini menjadi tattoo artist yang diperhitungkan. Karyanya diminati pecinta tato dari dalam maupun luar negeri. Salah satu pencapaian terbesar adalah saat ia diundang oleh klien di Colorado, Amerika Serikat.
“Tahun 2023 kemarin dari USA Colorado, itu pun diundang langsung. Dia minat sama karyaku, lalu nyuruh datang ke sana buat tato dia dan teman-temannya,” ungkapnya. Selama dua bulan di Amerika, ia menato hampir 30 orang. Ia berharap bisa kembali ke sana tahun depan.
Meski seni tato semakin diterima, Ferry masih menghadapi tantangan, termasuk kesalahpahaman terhadap profesinya. Ia percaya stigma negatif akan memudar seiring dengan perubahan zaman.
Pentingnya Etika dalam Seni Tato

Ferry menekankan pentingnya menjaga etika profesional dalam dunia tato. Ia selalu waspada jika menemui klien yang bersikap aneh. “Pelecehan yang lebih sering diantisipasi. Kalau menemukan klien yang aneh-aneh, kita sudah nggak banyak bicara dan waspada,” katanya.
Ia juga menyarankan agar klien mengenakan pakaian yang sopan saat melakukan tato di tempat sensitif. “Karena zaman sekarang, apa-apa gampang viral dan banyak orang aneh-aneh,” imbuhnya. Sebagai tattoo artist, ia selalu mengutamakan kenyamanan dan profesionalisme dalam bekerja.
Menurut Ferry, kunci bertahan di industri ini adalah disiplin dan semangat belajar yang terus-menerus. “Pesatnya perkembangan tato bikin kita termotivasi untuk terus belajar. Dengan mengikuti zaman, nggak selamanya belajar dari yang tua saja, ada saatnya nanti yang tua belajar dari yang muda,” pungkasnya.