Tatoo Art Indonesia – Di era digital yang bising dan serba instan, hanya sedikit seniman yang memilih untuk menjauh dari sorotan. Salah satunya adalah Noam Shukrun, atau yang lebih dikenal sebagai NAM, seniman tato asal Israel. Alih-alih membanjiri media sosial atau mengejar popularitas, NAM memilih diam, fokus, dan ketekunan. Ia percaya bahwa seni sejati tidak membutuhkan sorakan, melainkan kejujuran dan kedalaman emosi. Pilihan ini menjadikannya berbeda, bahkan unik. Dalam diamnya, karya-karyanya berbicara jauh lebih keras. NAM menunjukkan bahwa terkadang keheningan justru mampu menyampaikan pesan paling kuat. Ketimbang membangun pencitraan, ia membangun koneksi — dengan seni, kulit, dan makna yang mendalam. Dalam dunia yang ramai oleh pencitraan, NAM adalah oase keheningan yang penuh makna.
Gaya “Black Abstract Realism” yang Menarik Perhatian
Gaya khas NAM yang disebutnya “black abstract realism” menjadi ciri kuat dalam setiap karyanya. Perpaduan antara elemen realistik dengan komposisi abstrak menciptakan ketegangan visual yang dramatis namun tetap elegan. Warna hitam yang dalam, ruang kosong yang terkontrol, dan komposisi yang matang membuat setiap karya terasa hidup. Gaya ini bukan hanya soal teknis, tapi juga tentang rasa. Ia menghadirkan ketegangan halus dan dramatis yang menyentuh sisi emosional penikmatnya. NAM tak hanya menggambar di kulit; ia membangun narasi visual yang penuh jiwa. Dengan kepekaan luar biasa terhadap bentuk dan kekosongan, ia menciptakan tato yang bukan sekadar estetika, melainkan pengalaman yang menyentuh. Gaya ini terus berevolusi seiring perjalanan hidup dan pemikiran sang seniman.
“Baca juga: Manfaat Diet Whole-Food Plant-Based untuk Penderita Penyakit Kronis“
Proses Panjang Menemukan Identitas Artistik
Perjalanan seni NAM dimulai lebih dari sembilan tahun lalu. Ia bukan seniman instan. Dari satu studio ke studio lain di Israel — seperti Jellyfish Tattoo, Inkpoint, dan Urbanbody TLV — NAM belajar dari pengalaman langsung dan terus mengeksplorasi gayanya. Ia tak berhenti di ranah tato saja. Lewat pameran tunggal berjudul “Anonymous,” ia menunjukkan sisi lain dari dirinya sebagai seniman rupa. Pameran ini mengangkat akar seni visual yang menjadi fondasi bahasa visualnya hari ini. Konsistensi menjadi kunci utamanya. Proses, kesalahan, pencarian — semua itu menjadi bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan artistiknya. NAM tidak meniru tren. Ia membangun jalan sendiri, dengan sabar, penuh disiplin, dan selalu setia pada suara dalam dirinya.

Awal dari Sketsa Masa Kecil hingga Mesin Tato
Noam tumbuh di Be’er Sheva, kota kecil di selatan Israel. Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, ia sejak kecil sudah menunjukkan bakat berbeda. Ia lebih nyaman mengekspresikan pikirannya lewat gambar dibanding kata. Masa kecilnya dipenuhi sketsa, tato temporer, hingga desain grafis di video game. Saat remaja, ia mulai menjual desain tato di dunia virtual APB Reloaded. Tapi titik balik datang saat ia berusia 19 tahun. Ia membeli mesin tato pertamanya dari eBay dan mulai berlatih di basement rumah orang tuanya. Dari sana, perjalanan seriusnya dimulai. Yang dulu hanya hobi, kini menjadi kehidupan. Tak ada akademi seni, tak ada sponsor—hanya keyakinan, kerja keras, dan kecintaan pada seni.
Tato dalam Sunyi: “Masuk ke Zona”
NAM punya pendekatan unik dalam proses berkarya. Ia nyaris tidak berbicara saat sesi tato berlangsung. Dengan headphone terpasang dan musik pilihan menyala, ia masuk ke dalam “zona.” Ini adalah ruang mental tempat ia bisa total dalam proses kreatifnya, tanpa gangguan eksternal. Ia menciptakan suasana meditatif, penuh konsentrasi dan keheningan. Tak ada ruang untuk kekacauan. Ia hanya fokus pada satu hal: menciptakan karya yang berarti di atas kulit manusia. Pendekatan ini membangun kepercayaan yang dalam antara dirinya dan klien. Tidak ada basa-basi, tidak ada sensasi. Yang ada hanyalah dua pihak yang saling terhubung melalui bahasa seni yang hening namun menggetarkan.
Mengatasi Burnout dan Titik Balik dalam Karier
Di balik ketenangan luar NAM, tersembunyi perjuangan emosional yang dalam. Ia pernah mengalami burnout berat hingga memutuskan untuk berhenti dari dunia tato selama enam bulan. Masa jeda ini bukan kemunduran, melainkan refleksi. Ia memanfaatkannya untuk menyembuhkan diri dan merenungkan kembali arti dari pekerjaannya. Ketika kembali, ia membawa perspektif baru, energi yang lebih segar, dan dedikasi yang lebih tulus terhadap seni. NAM menyadari bahwa menjadi seniman bukan sekadar menciptakan, tapi juga menjaga jiwa tetap sehat dan terhubung. Pengalaman ini memperkuat karakternya sebagai pribadi yang autentik dan tangguh. Ia memilih untuk tidak mengejar popularitas, tapi mendalami makna dari setiap karya yang ia goreskan.
Anti Popularitas, Pro Kualitas
NAM bukan tipe seniman yang sibuk dengan konvensi atau pencitraan. Ia tidak ikut pameran besar, tidak mengejar follower jutaan, dan tidak membuka antrean panjang. Justru, ia memilih pendekatan eksklusif: membatasi pemesanan maksimal satu bulan ke depan. Langkah ini diambil bukan untuk menciptakan kelangkaan buatan, tetapi untuk menjaga kualitas hubungan dan hasil karyanya. Ia percaya bahwa setiap klien berhak mendapatkan perhatian penuh, bukan menjadi angka dalam antrean panjang. Fokusnya bukan pada kuantitas, tapi pada kedalaman proses dan kepuasan artistik. Pendekatan ini menjadikannya berbeda, dan justru menarik mereka yang menghargai karya seni dengan nilai sejati.

Terlibat dalam Proyek Kemanusiaan: Healing Ink
Meskipun menjauh dari panggung besar, NAM tetap aktif dalam proyek sosial yang bermakna. Salah satunya adalah Healing Ink — inisiatif global yang mengajak seniman tato untuk membantu korban trauma dengan menutupi bekas luka mereka. Dalam proyek ini, NAM menunjukkan sisi paling humanis dari seninya. Ia tak hanya menggambar di kulit, tetapi juga membantu seseorang merebut kembali kepercayaan diri dan martabat. Ia memahami bahwa tato bisa menjadi bentuk penyembuhan, ekspresi diri, dan pengakuan terhadap luka yang telah dialami. Keterlibatannya di Healing Ink memperkuat posisi NAM bukan hanya sebagai seniman, tapi juga penyembuh dalam wujud yang berbeda.
Sebuah Penghormatan: Potret Pablo Picasso
Salah satu karya yang paling dibanggakan NAM baru-baru ini adalah tato potret Pablo Picasso yang ia buat untuk sahabat sekaligus sesama seniman, Yoandry Silvera. Potret ini bukan sekadar gambar seorang tokoh seni legendaris, tetapi juga simbol penghormatan dan persahabatan. Dalam potret itu, kita bisa merasakan kekuatan gaya NAM — perpaduan realisme yang halus dengan permainan bayangan dan tekstur yang mendalam. Ini bukan potret biasa, melainkan pernyataan artistik yang penuh rasa. Melalui karya ini, NAM mengukuhkan diri sebagai seniman yang tahu cara bercerita melalui tinta dan kulit — dengan kedalaman, ketelitian, dan empati.
Seniman yang Melangkah dalam Hening
NAM adalah contoh nyata bahwa ketulusan, kedalaman, dan ketekunan mampu bersinar meski tanpa hingar bingar. Ia menunjukkan bahwa menjadi seniman sejati tidak harus selalu tampil di depan kamera atau jadi pusat perhatian. Dengan kesunyian sebagai ruang kreatifnya, ia menciptakan karya-karya yang menyentuh jiwa. Dalam dunia yang terlalu cepat dan terlalu bising, NAM menawarkan alternatif: seni yang hadir dengan niat, bukan tuntutan; dengan makna, bukan pamer. Ia adalah pengingat bahwa seni terbaik lahir bukan dari keinginan untuk dilihat, tapi dari hasrat untuk mengungkapkan yang tak terucapkan.