Tatoo Art Indonesia – Dunia seni tato di Indonesia, khususnya di Jakarta Selatan, mengalami transformasi signifikan berkat kehadiran sosok perempuan bernama Laura Sihombing. Sejak 2005, ia telah menapaki jalur profesi yang tak lazim bagi perempuan kala itu—menjadi seorang seniman tato profesional. Dalam dunia yang didominasi oleh laki-laki, kehadirannya tak hanya mematahkan stereotip, tetapi juga membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk mengekspresikan dirinya melalui seni di kulit.
Laura bukan hanya sekadar pengukir tinta. Ia adalah simbol keberanian, kemandirian, dan kebebasan berekspresi. Melalui studionya yang kini dikenal sebagai salah satu studio tato perempuan pertama di kawasan Jakarta Selatan, ia telah menjadi bagian penting dalam gerakan perubahan pandangan masyarakat terhadap seni tato—dari yang dulu dianggap tabu menjadi bentuk seni personal yang bisa menyuarakan identitas.
Awal Perjalanan: Dari Ketertarikan Pribadi Menjadi Profesi Serius
Ketertarikan Laura terhadap tato bermula dari rasa ingin tahu yang mendalam akan cara orang mengekspresikan kisah hidup mereka lewat gambar di tubuh. Bagi Laura, tato bukan sekadar ornamen visual, tapi adalah bentuk bahasa yang penuh makna. Tahun 2005 menjadi titik balik ketika ia memutuskan untuk tidak hanya mengagumi tato, tetapi juga membuatnya.
Baca Juga : De La Soul Gandeng Levi’s Rilis Koleksi Kaos Spesial Musim Gugur 2025
Proses belajarnya tidak mudah. Di masa itu, akses ke pelatihan profesional masih terbatas. Laura pun harus belajar secara otodidak dan berguru pada beberapa seniman tato berpengalaman. Ia mengasah kemampuan menggambar manual, memahami teknik jarum dan tinta, serta belajar tentang anatomi tubuh manusia agar bisa menghasilkan karya yang tidak hanya indah, tapi juga aman secara medis.
Dengan tekad dan dedikasi tinggi, ia memulai karier profesionalnya dan perlahan membangun jaringan klien, mulai dari teman, rekan komunitas, hingga selebritas yang mempercayakan kulit mereka pada keahliannya.
Mendirikan Studio Tato Perempuan Pertama di Jakarta Selatan
Bermodal keahlian dan semangat untuk menciptakan ruang aman bagi perempuan, Laura Sihombing akhirnya meresmikan studionya sendiri. Studio tersebut bukan hanya menjadi tempat mencetak karya, melainkan juga menjadi simbol pemberdayaan perempuan dalam industri seni alternatif yang masih minim keterwakilan wanita.
Bagi banyak perempuan, masuk ke studio tato bisa menjadi pengalaman yang membuat canggung—terutama jika mereka harus membuka sebagian tubuh di depan seniman tato pria. Laura paham betul akan keresahan ini. Itulah sebabnya ia membangun studio dengan pendekatan berbeda: ramah perempuan, inklusif, dan aman secara emosional serta fisik.
Tak heran, sejak didirikan, studionya mendapat sambutan positif dari perempuan berbagai latar belakang—mulai dari seniman, pekerja kreatif, hingga ibu rumah tangga—yang ingin menjadikan tubuh mereka sebagai kanvas untuk menyuarakan cerita hidup, pengalaman, atau sekadar ekspresi seni personal.
Mengusung Filosofi Tato Sebagai Terapi dan Ekspresi Diri
Laura memandang tato lebih dari sekadar gaya hidup atau fashion. Bagi banyak kliennya, tato adalah bentuk terapi, bentuk penyembuhan, bahkan bentuk perlawanan terhadap trauma masa lalu. Ia sering menerima klien yang ingin menutupi bekas luka, simbol masa kelam, atau mengenang seseorang yang telah pergi.
Dalam banyak kasus, sesi tato di studio Laura berubah menjadi ruang bercerita dan proses penyembuhan batin. Ia tidak hanya mengukir gambar di kulit, tetapi juga mendengarkan, memahami, dan hadir sebagai teman.
Dengan pendekatan ini, Laura telah menciptakan ekosistem yang jauh dari kesan intimidatif. Ia mengubah persepsi masyarakat bahwa tato bukanlah lambang kriminalitas, tapi justru bisa menjadi simbol transformasi dan kekuatan.
Membangun Komunitas dan Mendorong Kolaborasi Kreatif
Tidak berhenti di studionya sendiri, Laura juga aktif membangun komunitas seniman tato perempuan di Jakarta. Ia kerap mengadakan workshop, diskusi, dan kolaborasi dengan seniman lintas disiplin seperti ilustrator, fashion designer, hingga fotografer. Tujuannya jelas: membuka ruang kolaboratif dan menginspirasi lebih banyak perempuan untuk masuk ke dunia tato.
Lewat komunitas ini, Laura tak hanya membagikan ilmu teknis, tetapi juga membangun solidaritas antar perempuan seniman. Ia percaya bahwa industri tato akan menjadi lebih inklusif dan berkembang jika para pelakunya saling mendukung, bukan bersaing secara tidak sehat.
Berkat upayanya, kini mulai bermunculan studio tato ramah perempuan lainnya di berbagai kota besar. Banyak dari pemiliknya mengaku terinspirasi oleh perjalanan Laura, baik dari segi teknik, filosofi kerja, maupun keberaniannya mendobrak batas.
Menghadapi Tantangan dan Stigma Sosial dengan Elegan
Tentu saja, jalan yang dilalui Laura tidak selalu mulus. Sejak awal kariernya, ia harus menghadapi banyak stigma dan prasangka—baik sebagai perempuan, maupun sebagai seniman tato. Tidak sedikit yang memandang sinis profesinya, bahkan mempertanyakan moralitas dan nilai-nilai yang ia bawa.
Namun, alih-alih terpancing atau patah semangat, Laura memilih menghadapi semua itu dengan elegan. Ia membuktikan kualitasnya melalui karya, pelayanan profesional, dan cara ia memanusiakan klien. Perlahan, masyarakat pun mulai membuka mata dan melihat bahwa dunia tato punya sisi lain yang humanis, artistik, dan sangat personal.
Menjadi Simbol Perubahan dalam Industri Kreatif Alternatif
Hingga kini, Laura Sihombing terus berkarya dan memperluas pengaruhnya dalam dunia seni tato Indonesia. Ia menjadi wajah dari gelombang perubahan yang memadukan keberanian, keahlian, dan empati. Sosoknya kini bukan hanya dikenal sebagai seniman tato, tapi juga sebagai penggerak perubahan sosial melalui seni.
Dengan rekam jejak selama lebih dari dua dekade, Laura telah membuktikan bahwa kesuksesan di industri non-konvensional bukanlah hal mustahil bagi perempuan. Ia adalah bukti nyata bahwa seni bisa menjadi alat perjuangan, ekspresi, dan penyembuhan.
Laura Sihombing, Wajah Baru Dunia Tato yang Inklusif dan Empatik
Laura Sihombing bukan hanya membangun studio tato—ia membangun ekosistem baru yang memanusiakan seni tato. Dengan pengalaman sejak 2005, ia telah mengukir jalan yang membuka banyak pintu bagi perempuan lain di industri ini. Studio yang ia dirikan bukan hanya tempat berkarya, tapi juga ruang aman untuk menyuarakan identitas dan pengalaman hidup melalui tinta.
Perjalanan Laura mengajarkan kita bahwa seni bisa menjadi medium perubahan sosial yang kuat. Ia membuktikan bahwa perempuan bisa memimpin, mencipta, dan mengubah cara pandang dunia hanya dengan satu alat sederhana: jarum tato.
