Tatoo Art Indonesia – Di pedesaan Provinsi Sindh, Pakistan, terdapat sebuah tradisi tua yang masih bertahan pada sebagian kecil masyarakat Hindu. Tradisi itu adalah menato wajah perempuan muda sebagai simbol identitas dan kecantikan leluhur. Meski sederhana, prosesnya penuh makna dan ketelitian. Dua gadis kecil, Pooja dan Champa, menunggu dengan gugup ketika perempuan tua bernama Basran Yogi menyiapkan campuran arang dan susu kambing. Cairan ini digunakan sebagai tinta alami untuk ritual yang diwariskan sejak berabad-abad lalu. Di masa lampau, bentuk-bentuk halus pada dagu, dahi, dan lengan menjadi penanda budaya yang melekat kuat di wilayah perbatasan dengan India tersebut.
Proses Tradisional yang Sarat Makna dan Keteguhan
Meski tampak sederhana, proses tato ini dilakukan secara manual dan memerlukan keberanian. Basran Yogi, sang pengukir tradisi, mengarahkan jarum jahit mengikuti garis yang telah digambar di antara alis. Perlahan, jarum ditusukkan hingga darah keluar. Bentuk segitiga dan lingkaran kecil kemudian menghiasi wajah muda Pooja tanpa keluhan berarti. Sementara itu, Champa yang menyaksikan proses tersebut dengan antusias ikut meminta ditato. Cara kuno ini masih dapat dijumpai di daerah pedesaan seperti Umerkot. Walaupun begitu, semakin banyak generasi muda yang memilih meninggalkan praktik ini karena pengaruh gaya hidup modern dan persepsi keindahan yang berubah.
Baca Juga : JFW 2026 Diproyeksikan Jadi Ikon Baru Kebanggaan Jakarta
Simbol Kebanggaan yang Kini Dipandang Berbeda
Dahulu, tato wajah merupakan kebanggaan perempuan Hindu di Sindh. Namun, kini persepsi itu bergeser secara perlahan. Anak-anak muda mulai menghindarinya, terutama karena kekhawatiran dianggap berbeda atau kurang menarik di mata masyarakat kota. Menurut Durga Prem, mahasiswi asal Badin, generasinya lebih memilih mengikuti tren yang berkembang di media sosial. Walaupun ia mengakui bahwa tato itu merupakan simbol identitas, tekanan sosial dan modernisasi menjadi alasan utama perubahan sikap. Bahkan saudara perempuannya, Mumta, juga menolak mengikuti tradisi nenek moyang mereka meskipun mengaku bahwa hidup di desa mungkin akan membuatnya memiliki tato serupa.
Rasa Bangga Sang Tetua dan Kenangan yang Tersisa
Meski tradisi ini mulai ditinggalkan, para tetua tetap memandangnya sebagai bentuk kecantikan dan warisan budaya. Basran Yogi, yang telah menorehkan tato selama puluhan tahun, merasa bangga melihat wajah kedua gadis kecil itu tersenyum setelah proses selesai. Bagi generasi tua, tato ini bukan sekadar hiasan. Mereka menganggapnya sebagai bagian dari jati diri perempuan Hindu di wilayah tersebut. Walaupun warnanya memudar menjadi hijau tua seiring waktu, tato tersebut tetap melekat sepanjang hidup pemiliknya, menjadi pengingat akan budaya yang pernah hidup berkembang dengan kuat.
Pengaruh Agama dan Diskriminasi dalam Perubahan Tradisi
Selain perubahan tren, faktor agama dan diskriminasi juga berperan besar dalam memudarnya praktik ini. Sebagai negara mayoritas Muslim, Pakistan hanya memiliki sekitar dua persen penduduk beragama Hindu. Tekanan sosial kerap dialami komunitas minoritas ini, terutama di wilayah pedesaan. Banyak keluarga khawatir tato wajah akan membuat anak perempuan mereka mudah dikenali sebagai Hindu dan berisiko menghadapi diskriminasi. Aktivis Hindu, Mukesh Meghwar, menyebut bahwa keputusan meninggalkan tato merupakan bentuk perlindungan diri. Oleh sebab itu, tradisi ini semakin jarang terlihat dan hanya bertahan di segelintir keluarga.
Makna Spiritual dan Sejarah yang Mengakar Kuat
Walaupun banyak generasi muda tidak lagi mengenal makna mendalam di balik tato tersebut, sejarahnya begitu kaya. Menurut para antropolog, tato ini berasal dari budaya kuno di wilayah Peradaban Indus. Pada masa itu, simbol-simbol tertentu dipercaya mampu mengusir roh jahat sekaligus menandai anggota suatu komunitas. Selain aspek spiritual, tato dianggap sebagai pelindung dan penanda identitas sosial. Oleh karena itu, tradisi ini sebenarnya memiliki kedalaman budaya yang luar biasa. Namun, sayangnya, pemahaman tersebut perlahan memudar seiring berkurangnya pewarisan dari generasi tua ke generasi muda.
Tradisi yang Terancam Punah di Era Modern
Kini, tradisi tato wajah perempuan Hindu Pakistan berada di ambang kepunahan. Banyak anak muda memilih mengejar pendidikan dan pekerjaan di kota. Mereka juga lebih terpapar budaya global sehingga tradisi lokal semakin tersisih. Meski begitu, kisah seperti milik Pooja dan Champa memberi secercah harapan bahwa sebagian keluarga masih ingin melestarikannya. Namun, tanpa dukungan komunitas dan pengakuan budaya, tradisi berusia ratusan tahun ini bisa saja hilang selamanya dalam satu generasi. Pelestarian budaya memerlukan kesadaran kolektif agar warisan leluhur tidak sekadar menjadi cerita sejarah.
